Mutu ”Notebook” Mini Asus Jelek
Tanggal 16 Juli 2008, saya membeli notebook mini merek Asus (tipe EPC 900 dengan No SN 850AAQ0404493), di 1st Computer Mangga Dua Square, Jakarta. Namun, pada 6 Agustus 2008 terjadi gangguan di keyboard. Beberapa tombol tidak berfungsi dengan baik dan ketika ditekan tombol huruf ”o” yang muncul bukan huruf ”o”. Begitu juga dengan beberapa yang lain. Oleh toko penjual disarankan untuk membawanya ke pusat servis Asus di Kelapa Gading, Jakarta.
Saya ke sana dan notebook selesai beberapa hari kemudian. ”Sudah diganti keyboard-nya,” begitu kata petugas meski di berkas tindakan tidak terbaca peng- gantian keyboard selain recovery OS. Namun, beberapa bulan kemudian, ketika digunakan tombol ”Esc” yang ada di pojok kiri atas pecah ketika ditekan. Tanggal 20 Oktober 2008, saya bawa notebook itu ke pusat servis di STC, Jakarta. Saya ceritakan kejadiannya, tetapi si petugas berkata: ”Tidak mungkin rusak kalau tidak dicongkel.”
Pada waktu itu tidak mau berdebat soal tuduhan itu karena tidak ada bukti yang saya bawa untuk memperkuat cerita itu. Meski begitu saya berpikir bodoh betul kalau saya harus mencongkel sesuatu yang dibeli mahal dan harus repot memperbaikinya. Lalu untuk memperbaiki itu saya harus membayar Rp 340.000 dengan alasan kerusakan seperti itu tidak digaransi. Kekecewaan saya bukan membayar Rp 340.000 tapi pada kebodohan memilih notebook yang tadinya saya pikir memiliki kualitas bagus ternyata tidak.
Tanggal 16 Juli 2008, saya membeli notebook mini merek Asus (tipe EPC 900 dengan No SN 850AAQ0404493), di 1st Computer Mangga Dua Square, Jakarta. Namun, pada 6 Agustus 2008 terjadi gangguan di keyboard. Beberapa tombol tidak berfungsi dengan baik dan ketika ditekan tombol huruf ”o” yang muncul bukan huruf ”o”. Begitu juga dengan beberapa yang lain. Oleh toko penjual disarankan untuk membawanya ke pusat servis Asus di Kelapa Gading, Jakarta.
Saya ke sana dan notebook selesai beberapa hari kemudian. ”Sudah diganti keyboard-nya,” begitu kata petugas meski di berkas tindakan tidak terbaca peng- gantian keyboard selain recovery OS. Namun, beberapa bulan kemudian, ketika digunakan tombol ”Esc” yang ada di pojok kiri atas pecah ketika ditekan. Tanggal 20 Oktober 2008, saya bawa notebook itu ke pusat servis di STC, Jakarta. Saya ceritakan kejadiannya, tetapi si petugas berkata: ”Tidak mungkin rusak kalau tidak dicongkel.”
Pada waktu itu tidak mau berdebat soal tuduhan itu karena tidak ada bukti yang saya bawa untuk memperkuat cerita itu. Meski begitu saya berpikir bodoh betul kalau saya harus mencongkel sesuatu yang dibeli mahal dan harus repot memperbaikinya. Lalu untuk memperbaiki itu saya harus membayar Rp 340.000 dengan alasan kerusakan seperti itu tidak digaransi. Kekecewaan saya bukan membayar Rp 340.000 tapi pada kebodohan memilih notebook yang tadinya saya pikir memiliki kualitas bagus ternyata tidak.
Irvan Jalan Sahardjo RT 004 RW 005, Jakarta Selatan
2 comments:
wah yang sabar,
tuh bisa jadi pengalaman buat orang lain juga.
nih dengan membaca aq nya juga jadi tau
thxx looo
saya juga mengalami nya di kecewakan azus pokok nya kapok
Post a Comment